Bagai pisau bermata dua, kecanggihan teknologi membawa dampak positif dan negatif bagi penggunanya. Maka penyesalan yang akan di dapat, demikian juga dengan teknologi laptop yang sudah menjadi kebutuhan mahasiswa itu pun tak luput memberi dampak bagi penggunanya. Berikut paparan pakar teknologi perkembangan pembelajaran tentang ketergantungan mahasiswa terhadap laptop.
“Seperti halnya pisau, ketika digunakan penjahat maka ia digunakan membunuh, sebaliknya ketika digunakan oleh ibu rumah tangga maka digunakan untuk memasak masakan yang lezat.” Demikian ungkap kepala pusat pengembangan dan pemeliaharaan komputer mengilustrasikan dampak penggunaan laptop. Pria yang pernah menjabat sebagai kepala unit pelaksana teknis (UPT) komputer ini melanjutkan, perkembangan teknologi laptop mengakibatkan sebagian mahasiswa menjadi bergantung pada keberadaannya. Dosen pertanian dan peternakan ini berpendapat, kecenderungan mahasiswa menggunaka laptop secara berlebihan kemungkinan kecil untuk dapat dibatasi dari pihak manapun. “Mahasiswa menggunakan laptop memang sudah saatnya.” Ujarnya.
Penggunaan laptop dikatakan berlebihan ketika menimbulkan ekses atau dampak negatif bagi mahasiswa. Namun, bagi mengenain pembatasan penggunaan laptop alumni institut teknologi sepuluh november (ITS) Surabaya ini tidak mungkin untuk dibatasi. “Sekarang yang penting Dosen mengarahkan kecanggihan teknologi dengan mengkondisikan pembelajaran melalui pembentukan akademik atmosfer yang bagus.” Ungkapnya.
Wahono mencontohkan pengarahan dan pembatasan penggunaan laptop bisa seperti yang dilakukan UMM dalam pembatasan fasilitas chatting di area kampus. Fenomena kegemaran mahasiswa menggunakan fasilitas jejaring sosial, menurut dosen yang sering di undang sebagai pemateri pelatihan teknologi pembelajaran ini sudah selayaknya digunaka dosen dalam mengembangkan proses pembelajaran melalu jaringan internet. “Pengajar pun harus melihat peluang semacam ini.” Tambahnya.
Perkembangan zaman memang tidak mungkin untuk disalahkan, semuanya memang kembali kepada para penggunanya. Kunci penyalahgunaan terletak pada kadar syukur seseorang, “Ketika seseorang bersyukur atas nikmat Tuhan, ia tidak akan menggunakan matanya untuk melihat pornografi atau hal yang tidak bermanfaat di dalam laptop, melainkan justru ia akan memanfaatkan laptopnya dengan baik. Seperti berdagang dan belajar. “Tekan mantan wakil kepala lembaga penelitian FPP ini.”
Kesalahan bukan pada teknologinya, namun terletak pada pengguna teknologinya. Agar dapat menggunakan laptop sesuai dengan proporsinya Wahono menyarankan pemilik laptop supaya menilik kembali alasan dan tujuan menggunakan laptop. “Sesungguhnya segala sesuatu perlu dikembalikan kepada niat, ketika niat itu baik maka baik pula perilaku manusia.” Pungkas Wahono menyarankan.
source : http://restusaputra.student.umm.ac.id/2011/07/13/gunakan-laptop-secara-proporsional/
“Seperti halnya pisau, ketika digunakan penjahat maka ia digunakan membunuh, sebaliknya ketika digunakan oleh ibu rumah tangga maka digunakan untuk memasak masakan yang lezat.” Demikian ungkap kepala pusat pengembangan dan pemeliaharaan komputer mengilustrasikan dampak penggunaan laptop. Pria yang pernah menjabat sebagai kepala unit pelaksana teknis (UPT) komputer ini melanjutkan, perkembangan teknologi laptop mengakibatkan sebagian mahasiswa menjadi bergantung pada keberadaannya. Dosen pertanian dan peternakan ini berpendapat, kecenderungan mahasiswa menggunaka laptop secara berlebihan kemungkinan kecil untuk dapat dibatasi dari pihak manapun. “Mahasiswa menggunakan laptop memang sudah saatnya.” Ujarnya.
Penggunaan laptop dikatakan berlebihan ketika menimbulkan ekses atau dampak negatif bagi mahasiswa. Namun, bagi mengenain pembatasan penggunaan laptop alumni institut teknologi sepuluh november (ITS) Surabaya ini tidak mungkin untuk dibatasi. “Sekarang yang penting Dosen mengarahkan kecanggihan teknologi dengan mengkondisikan pembelajaran melalui pembentukan akademik atmosfer yang bagus.” Ungkapnya.
Wahono mencontohkan pengarahan dan pembatasan penggunaan laptop bisa seperti yang dilakukan UMM dalam pembatasan fasilitas chatting di area kampus. Fenomena kegemaran mahasiswa menggunakan fasilitas jejaring sosial, menurut dosen yang sering di undang sebagai pemateri pelatihan teknologi pembelajaran ini sudah selayaknya digunaka dosen dalam mengembangkan proses pembelajaran melalu jaringan internet. “Pengajar pun harus melihat peluang semacam ini.” Tambahnya.
Perkembangan zaman memang tidak mungkin untuk disalahkan, semuanya memang kembali kepada para penggunanya. Kunci penyalahgunaan terletak pada kadar syukur seseorang, “Ketika seseorang bersyukur atas nikmat Tuhan, ia tidak akan menggunakan matanya untuk melihat pornografi atau hal yang tidak bermanfaat di dalam laptop, melainkan justru ia akan memanfaatkan laptopnya dengan baik. Seperti berdagang dan belajar. “Tekan mantan wakil kepala lembaga penelitian FPP ini.”
Kesalahan bukan pada teknologinya, namun terletak pada pengguna teknologinya. Agar dapat menggunakan laptop sesuai dengan proporsinya Wahono menyarankan pemilik laptop supaya menilik kembali alasan dan tujuan menggunakan laptop. “Sesungguhnya segala sesuatu perlu dikembalikan kepada niat, ketika niat itu baik maka baik pula perilaku manusia.” Pungkas Wahono menyarankan.
0 komentar:
Posting Komentar